Selamat Datang!

Terimakasih Anda telah mengunjungi Blog sederhana ini. Jangan lupa, beri komentar....

Sabtu, 09 Oktober 2010

Air Tak Memilih Tempat

Seorang pemuda duduk di tepi sebuah danau. Air danau itu sangat bening, tenang tak ada riak. Namun wajah pemuda itu tampak termenung tak menikmati keindahan yang terhampar dihadapannya.
Pemuda itu baru saja pulang dari sebuah perjalanan merantau menempuh studinya di negeri seberang. Tetapi bukan keceriaan yang ada padanya melainkan kemurungan yang tiada tara.

Dari kejauhan seorang lelaki paruh baya perlahan mendekat ke arahnya. Lelaki itu ternyata ayah dari si pemuda.
“Ada apa anakku?", kenapa sejak kau pulang wajahmu selalu terlihat murung?, apakah gerangan yang mengganggu ketenangan jiwamu?”, si ayah bertanya.
“Entahlah ayah, telah jauh perjalanan yang ku tempuh, telah banyak uang ayah yang dikeluarkan untuk studiku, sekarang ku telah berhasil dalam studiku, tapi entah kenapa hatiku tidak merasa tenang, bathinku terasa gelisah tak tentu arah”, pemuda itu menjawab dengan gamang.
“Kenapa bisa jadi seperti itu?, ceritakanlah anakku…apakah yang tengah mengusik jiwamu dan tak membuat tenang batinmu itu…?, ujar si ayah

Pemuda itu menghela napasnya sejenak, kemudian berpaling kearah ayahnya.
“Ayah, kenapa ku merasa tak mampu menjalani kehidupan ini?, kenapa kadangkala persaingan yang ada cenderung menghalalkan segala cara?, kenapa begitu deras terpaan hidup yang ada?...rasanya aku tak mampu menjalani kehidupan ini jika berada jauh dari ayah dan bunda…terasa hampa jika ku berada sendirian di dunia yang luas ini…terlampau banyak hal yang tak kumengerti ayah…!”, urai si pemuda.

“Anakku kenapa kau harus takut? Cobalah kau lihat air danau yang terhampar dihadapanmu ini, belajar hiduplah seperti layaknya air”, jawab sang ayah dengan pandangan terarah pada danau yang ada di hadapan mereka.
Pemuda itu menatap ayahnya dengan pandangan tak mengerti.

“Apa maksudnya ayah?”, tanya pemuda itu mengungkapkan kebingungannya.
“Jadilah seperti air yang tenang anakku…karena dalam ketenangannya yang menghanyutkan, sungguh kedalamannya tak terduga, jangan kau menjadi air yang beriak pada kedangkalan yang terbaca”, ujar si ayah.
“Air, selalu menyesuaikan diri dengan tempat yang mewadahinya, selalu mengalir kearah dataran yang lebih rendah.

Ketika kesulitan menderamu berkacalah pada orang-orang tak lebih beruntung darimu, berlajarlah menyesuaikan diri dengan lingkunganmu”, lanjut si ayah lagi
“Iya, ayah benar, mungkin selama ini aku kurang bisa menyesuaikan diri dengan lingkunganku, seringkali ketika ada masalah yang menghampiri ku merasa duniaku kiamat ayah!”, tukas si pemuda
“Hmm…anakku, bisakah kau campurkan air dengan minyak?”, tanya si ayah tiba-tiba.
“Maksud ayah?”.
“Saat masalah menghampirimu jadilah orang yang bisa berbaur tapi tak lebur, tetap pada prinsip diri, saat tiba-tiba ada pohon tumbang atau bahkan bongkahan karang terjal menghalang di tengah perjalanan hidupmu, jadilah seperti air yang begitu lincah menyelip dan mengalir di sela-selanya, jangan kau terhenti hanya karena sebuah tembok yang tak tinggi”, terang si ayah.

“Anakku, dalam menjalani kehidupan ini...cobalah kau belajar dari pertanda alam disekelilingmu…tak ada yang diciptakan Allah SWT dengan sia-sia, seperti air yang mengalir, matahari yang bersinar, pergantian siang-malam, bahkan pohon-pohon yang berjajar di seberang sana. Pasti ada pertanda dan pelajaran yang bisa kau peroleh darinya selama engkau mau membuka dan melapangkan hati dan pikiranmu”, jelas si ayah sambil tersenyum menatap si pemuda.

“Wah, terimakasih ayah…!”, pemuda itupun tersenyum. Pandangannya beralih menatap kearah danau. Iya, aku kan mencoba belajar!, tekadnya mantap.

Hai..Sahabat Amazing, Bagaimana menurut Anda dengan cerita di atas?
Saya Pastikan Anda sudah memahami dan mulai menerapkan Prinsip hidup yang Amazing tentunya..! Tetap Semangat ya..!

Be Amazing, Amazing You!

dr.Andhyka P Sedyawan
-Amazing Coach-
Coaching-Training-Clinical Therapy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar