Selamat Datang!

Terimakasih Anda telah mengunjungi Blog sederhana ini. Jangan lupa, beri komentar....

Kamis, 27 Agustus 2009

Hormati Musuhmu Berpuasa!


Bulan Ramadan ternyata bisa mengubah kebijakan keras militer Israel terhadap rakyat Palestina. Pada bulan puasa kali ini, pihak Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengeluarkan kebijakan yang melarang tentara mereka makan, minum, dan merokok di depan umum.

Jika pos pemeriksaan sepi dari warga Palestina baru tentara dibolehkan makan, minum, atau merokok. “Ini untuk menunjukkan sebuah penghormatan dan pemahaman tingkat tinggi,” kata seorang juru bicara IDF yang tidak disebutkan identitasnya.

Keputusan itu merupakan hasil rembukan antara Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak dan panglima IDF Jenderal Gabi Ashkenazi. Selain tiga larang di atas, serdadu-serdadu negara Zionis itu mesti memberikan kelonggaran bagi warga Palestina untuk berkegiatan.

Namun tunggu dulu. Semua kemudahan itu hanya berlaku di Tepi Barat, wilayah yang dikuasai kelompok Fatah yang moderat. Organisasi yang dipimpin Presiden Otoritas Palestina Mahmud Rida Abbas ini memang bersedia bekerja sama dengan Israel.

Sedangkan kondisi di Jalur Gaza masih sama. Israel tidak mengendurkan blokade. Negara Yahudi itu menolak tuntutan masyarakat internasional agar mengizinkan masuk barang-barang kebutuhan puasa. Alhasil, sekitar 1,5 juta penduduk Gaza hidup prihatin. Meski masih ada barang yang diselundupkan melalui terorowngan dari Mesir, harganya kelewat mahal sehingga tidak terjangkau.

Kemudahan itu bisa saja berubah jika ada insiden. “Itu tergantung pada situasi. Kalau terjadi bentrokan pengamana akan kembali diperketat,” kata Abdul Aziz Dweik, Ketua Dewan Legislatif Palestina, kepada Tempo melalui telepon selulernya kemarin. Ia baru saja dibebaskan dua bulan lalu setelah ditahan selama tiga tahun.

Selama ini, terdapat sekitar 650 pos pemeriksaan yang ada di seantero Tepi Barat. Warga Palestina pun harus menerima pemeriksaan hingga lima jam hanya untuk ke sebuah tempat yang sebenarnya bisa ditempuh dalam satu jam. Seperti yang pengalaman Fadwa Barghuti, yang saban Selasa tiap duka pekan menjenguk suaminya Marwan Barghuti di Penjara Hadarim, dekat Tel Aviv. Pemimpin intifadah itu menjalani hukuman lima kali seumur hidup lantaran Israel tidak mengakui hukuman mati.

Pergerakan orang Palestina kina terjepit setelah tujuh tahun lalu Israel memulai pembangunan Tembok Pemisah di seluruh Tepi Barat. Dinding “apartheid” ini panjangnya 750 kilometer dengan pelbagai perlengkapan alat keamanan, seperti menara pengawas 24 jam, patroli militer, parit, kamera pengintai, dan kawat listrik. Sialnya lagi, tiap kota yang dilewati tembok itu cuma memiliki satu pintu keluar-masuk.

Sejatinya, kelonggaran yang diberikan Israel kepada warga Tepi Barat sudah biasa saban Ramadan. Salah satu keistimewaan itu adalah Israel akan membuka dua gerbang perlintasan yang menuju Kota Jenin dan Ramallah hingga tengah malam tiap hari. Sedangkan pintu lain akan beroperasi seperti biasa selama 24 jam.

Warga Palestina yang masih emmiliki keluarga di Israel juga diizinkan berkunjung. Tapi waktu lawatan mereka cuma sepekan. Kebanyakan orang Palestina masih mempunyai keluarga di wilayah yang sekarang menjadi negara Israel. Sekitar seperlima dari 7,8 juta warga Israel adalah orang Arab yang menolak keluar setelah negara itu berdiri pada 1948. Mereka memiliki status izin tinggal tetap.

Hal serupa juga berlaku bagi warga Israel keturunan Arab. Mereka boleh engunjungi keluarga mereka di Tepi Barat, kecuali hari Jumat. Israel selalu khawatir bentrokan bisa terjadi saban usai salat Jumat.

Kabar baik yang ditunggu anak-anak Palestina adalah Israel membolehkan mereka bermain dengan senjata api mainan dan kembang api ketika Lebaran.

Sumber: Hamaslovers.wordpress.com/Arutz Sheva/Yediot Ahronot/Faisal Assegaf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar